
Gempa ...
Bisa vulkanik karena aktifitas ke gunung berapian. Namun yang paling parah karena adanya pergeseran tektonik pada lempeng benua dan sesar-sesar lokal-regional yang ada. Magnitude atau skala bencana bisa beragam, bisa kita lihat salah satunya dengan memakai skala Richter. Letak hiposentrum, atau kedalaman runtuhan / pergesaran tektonis sangat menentukan. Posisi lebih dangkal akan mendatangkan getaran lebih kuat pada episentrumnya. Lokasi pergerakan tektonis yang berada di lautan atau di daerah pesisir, bisa mengakibatkan naik / turunnya dasar lautan atau daratan, maka gelombang tsunami niscaya menjadi bencana pemukul berikutnya, setelah goncangan gempa.
Kehancuran yang diakibatkan oleh gempa, seperti yang banyak disiarkan melalui media massa, bisa mengakibatkan perubahan pada struktur bentang alam. Entah itu buatan manusia, seperti rumah, bangunan, jalan, jembatan, waduk dan infrastruktur lainnya. Demikian pula dengan yang alamiah, seperti longsor, banjir bandang, tanah terbelah, dll. Disamping bisa juga memicu gempa ditempat lainnya, dan mengaktivasi gunung berapi yang dekat dengan lokasi gempa. Contoh gempa di aceh, tahun 2004. Terjadi di sekitar pulau Simeuleu, lalu mengaktifkan gempa di pulau Andaman, kemudian menyambung kepulau Nikobar disebelah utaranya, mengakibatkan dasar laut berubah sepanjang 1200 km.
Ombak yang diakibatkan oleh tsunami bersifat memanjang, dengan kecepatan gerak dilaut terbuka sekitar 400 – 500 km perja m. Dilaut dalam, tinggi ombak bisa hanya beberapa cm saja. Namun tinggi pucuk ombak akan naik sejalan dengan kedalaman dasar laut yang dilaluinya. Artinya semakin menuju daerah pantai yang dangkal, maka tinggi gulungan ombak akan naik secara otomatis. Di Aceh tempo hari, dibeberapa lokasi ombak mencapai ketinggian 39 meter, karena dipicu oleh gempa 9,3 SR. Pada letusan gn Krakatau 1887 bahkan mencapai tinggi 42 meter, dan masuk sejauh 36 km kedaratan.
Saat gelombang tsunami kembali ke laut, pada beberapa daerah yang cekung, air laut tersisa menjadi semacam genangan rawa. Pada cekungan ini tertumpuk semua sisa-sisa hasil sapuan gelombang. Mulai dari bahan-bahan bangunan, bahan kimia, kendaraan, pepohonan, sampah, bangkai dan jasad manusia, tertumpuk menjadi satu. Karena kandungan urea dalam kotoran manusia tinggi, maka bau mayat yang dihasilkan sangat menyengat. Apalagi jika sudah menggembung dan ada belatung mayatnya. Wajar jika lokasi genangan ini mengandung berbagai macam bakteri, serta bersifat toksik / beracun.
Pada waktu gelombang tsunami masuk, volume air dan tekanannya tinggi, sehingga mampu memindahkan barang-barang berat. Akibatnya gelombang tsunami, bukan hanya air laut, namun bercampur dengan tanah lumpur dan bahan-bahan dan material berat lainnya. Korban umumnya selain terhanyut juga dilukai oleh materi sapuannya. Pada beberapa kasus tertentu, bisa saja mencabik dan melepaskan anggota tubuh survivor. Pemandangan ini, bisa mengakibatkan luka kejiwaan yang sangat mendalam dari para rescuer, saat rasa kemanusiaan kita ikut tercabik.
Dari pandangan diatas, maka relawan yang diberangkatkan, hendaknya memenuhi persyaratan tertentu, guna menghindari jatuhnya korban lain yang tak perlu. Bukan hanya sebatas peralatan yang dibawa dan dikenakan, namun juga persiapan mental-spiritual. Yaitu guna menghadapi setiap resiko atas kondisi dan situasi, yang mungkin akan dihadapi di lapangan kelak.
Sukarelawan operasional dilapangan, yang diterjunkan untuk tahap tanggap darurat, secara umum diharapkan setidaknya mampu menguasai :
1. Kesiapan fisik dan mental
2. Menguasai peta kompas dan ilmu medan, untuk pemetaan geografis dan sosiologis demografis rinci.
3. Melakukan komunikasi dengan survivor dan aparat terkait untuk assesment
4. Melakukan pengiriman dan dorongan logistik, khususnya pada wilayah terisolir yang berada diluar jangkauan kendaraan.
5. Melakukan pendampingan awal jika dibutuhkan. Seperti untuk pembentukan posko masyarakat dsb.
Kemampuan khusus
1. Sebaiknya menguasai ilmu caving, yang bisa membuat usaha penyelamatan di ruang-sempit, seperti pada runtuhan gedung.
2. Menguasai ilmu survival rawa-laut, jika hendak diterjunkan untuk mengevakuasi survivor di daerah genangan / rawa.
Peralatan khusus
1. Alat untuk melakukan caving dan rescue secara umum
2. Alat untuk melakukan evakuasi di wilayah rawa ,
Masker pernafasan yang dilengkapi penghilang aroma, terbuat dari carbon aktif, seperti bubuk kopi umpamanya.
Memakai helmet dan kacamata google, untuk mengamankan kepala dan mata.
Memakai pakaian tertutup, minimal jas hujan ( rain coat ) yang agak tebal. Terdiri dari celana panjang dan baju jas yang ditutup rapat.
Memakai sepatu boot tinggi, layaknya sepatu kompan dari karet setinggi lutut.
Selalu mengenakan sarung tangan tebal, guna menghindari luka karena goresan benda tajam
Selalu mandi dengan menggunakan sabun disenfektan sehabis beroperasi.
Sebaiknya semua relawan, di periksa dahulu, dan diberi pengamanan kesehatan khusus, seperti suntikan anti-tetanus, dan DPT umpamanya.
Berhenti melakukan operasi, jika terasa ada luka kejiwaan, dan segera menghubungi konselor psikologi.
Dll.
Tentu hal diatas, masih bersifat kriteria minimal. Yang sifatnya untuk berjaga-jaga, guna menghindari jatuhnya korban lebih banyak, selaku prinsip utama dari pelaksanaan sebuah operasi SAR.
Lets be prepare nyor ... !!!
sumber akun facebook Yat Lessie
0 Comments