Melihat Donggala dan Palu seperti membuka ingatan 14tahun silam
***
Ya, saya saksi hidup tsunami
Alhamdulillah, saya masih diberi kesempatan menghirup nafas sampai detik ini
Saya bukan orang yg bisa berenang, tapi dengan kuasa Allah saya bisa keluar dari gulungan air.
***
Pagi itu, saya yang masih usia mahasiswa semester 3 lagi nonton kartun Doraemon 😂😅
Sebenarnya saya ada kuliah Minggu pagi untuk menggantikan hari kuliah yg dosennya ga bisa masuk. Kuliahnya jam 9 pagi.
Lagi seru nonton sikucing ajaib, tiba-tiba rumah berguncang besar sekali. Semua orang dirumah berhamburan keluar.
***
Di luar sudah ramai orang berkumpul. Saking besarnya gempa, saya tidak bisa berdiri dengan tegap. Berdiri berayun-ayun sampai pusing rasanya. Akhirnya saya jongkok. Saya perhatikan orang-orang dengan muka panik menyebut asma Allah, bahkan ada yg azan.
Suara riuh rendah, ada juga yg teriak-teriak. Kalau saya?
Saya menangis sambil jongkok. Saya takut sekali.
***
Saya perhatikan tiang listrik jadi seperti daun pohon kelapa, melambai-lambai. Pintu gerbang rumah yg dari besi baja maju mundur di relnya.
Belum lagi kedua mobil digarasi saling maju mundur tabrak menabrak. Air didalam parit riuh rendah suara percikannya. Cukup lama sekitar hampir 20menit digoyang gempa yg sangat besar.
***
Setelah 20menit, gempa mulai mengecil. Tapi tetap masih berguncang. Orang-orang mulai masuk ke dalam rumah. Termasuk ibu, bapak, tante saya. Tidak lama, saya dipanggil masuk. Teman saya menelepon. Rumahnya jauh di daerah Sibreh, daerah dekat bandara dan jauh dari laut. Namun dia sudah berada dirumah teman kami di daerah taman siswa yg dekat dengan laut. Kami merencanakan telat ke kampus.
Sebelum menerima telepon, saat masuk kerumah, saya melihat pemandangan menakjubkan. Lemari yg isinya koleksi piring, gelas, mangkuk dan segala pecah belah terbuka pintunya. Isinya sudah pecah dilantai. Bergeser ke depan, akuarium bapak, ikannya sudah menggelepar dilantai susah bernafas. Geser lagi ke kamar saya, lihat lemari baju. Udah ketebak? Isinya pindah kelantai.
Sehabis nelepon, saya menuju belakang rumah. Mesin cuci bergeser sekitar 1m 😓 bajunya juga berhamburan. Padahal tadi sedang nyuci dan model mesinnya buka depan.
***
Karena banyak pecah belah yg bertebaran, air akuarium yg tumpah, saya pun keluar saja mantau situasi. Yg lain berbenah didalam.
***
Ga lama saya diluar. Dari arah kiri tiba-tiba berlarian orang banyak sambil teriak air laut naik. Saya yg kaget masih sempat mikir gimana bentuk air laut naik? Orang , motor tambah banyak yg melewati rumah. Saya pun teriak memanggil ibu dan bapak didalam. Mereka keluar, lalu saya teriak panik ajak kabur karena air laut naik. Bapak dengan sigap buka pintu gerbang lalu memundurkan mobil. Suasana hiruk pikuk dan sangat susah mundurin mobil dengan suasana ramai antara yg lari dengan yg bawa motor dan mobil. Saat itu saya lihat kaca depan mobil habis pecah, mungkin karena saling tabrak tadi.
***
Akhirnya mobil bisa ke posisi yg diharapkan. Kami semua masuk mobil. Saat saya mau menutup pintu mobil, tiba2 masuk satu orang laki-laki cuma pakai celana batik. Badannya basah, kayaknya lagi mandi keburu lari. Disebelah Tante saya juga masuk perempuan. Kami ga bisa nutup pintu. Mereka numpang lari dimobil kami. mobil pun melaju.
***
Tidak sampai 20meter, dari arah depan orang-orang berlarian ke arah mobil sambil teriak air dari depan. Keluar mobil kata salah satu tetangga kami. Kami berhamburan lari, kami terpisah. Saya lari sendirian, sandal terlepas. Saya lihat ada rumah kayu, saya panjat ventilasi, kaki saya tekuk dan mata saya tutup. Dalam bayangan saya airnya berwarna air laut, jernih dan ngalir datangnya.
***
Ga berselang lama, tiba2 tubuh saya disapu air. Perkiraan saya airnya tinggi, karena saya langsung tenggelam. Glek, glek.. saya juga tertelan airnya. Rasanya hangat, asin, dan licin. Saya tetap nutup mata. Lama kelamaan rumahnya mulai reyot dan akhirnya roboh menimpa saya. Saya berusaha menepis robohan kayu, tapi yg ada makin tertimpa. Kaki yg tadinya ga nyentuh tanah, jadi meringkuk di tanah, didalam air. Saat itu saya ingat orang tua saya. Saya merasa usia saya sudah selesai saat itu.Asyhaduallahilaahaillallah
Saya takut. Didalam air sendirian, ditabrak segala jenis benda dan kapan saja nyawa bisa tiba2 ditarik dan saya hilang di dunia.
***
Tiba-tiba saya merasa ada yg menarik. Saya berpikir mungkin saya ditarik arus air. Saya lepas dari himpitan, mengikuti arus air. Sesekali menubruk benda entah apa itu. Mata saya masih gelap, menutup. Setelah agak lama jalan-jalan dalam air, kelopak mata saya tiba2 terang. Saya berpikir, mungkin sudah dibawa air ke atas, ini cahaya matahari. Saya langsung kepak2 tangan ala bebek. Hup.. kepala keluar dari air. Saya ngambang. Saya lihat sekeliling ada yg juga baru nyembul. Didepan saya ada bangunan masih belum jadi. Masih batu bata tapi sudah berventilasi. Lagi2 saya coba meraih ventilasi. Saya pegangan sambil ambil nafas. Lemas.
Saya lihat ke sebelah kanan ada pohon kelapa. Ramai peminatnya, ada banyak orang peluk pohon itu. Pohonnya dekat dengan saya, bisa pegangan tangan saya dengan yg pada peluk pohon. Saya bilang: tolong dorong saya ke atas. Saya mau manjat dan duduk diatas bangunan. Lalu saya didorong ke atas dan Alhamdulillah selamat duduk diatas bangunan. Duduk ala koboi, ngangkang.
Saat saya lagi manjat, ada yg teriak. Kaka..
Ternyata bapak saya ada diatas dengan adek saya. Bapak saya nangis. Kata beliau dia lihat saya ditebas air. Bapak saya naik ke atas sambil gendong adik yg saat itu kelas 6SD, ditarik sama orang yg sudah dulu ada diatas.
Saya bersyukur jumpa bapak sama adik. Diatas bangunan cukup ramai. Ramai juga dengan tikus, cicak, ular, kecoa. Tapi kami saling diam. Paham semua ingin selamat.
***
Selama diatas, air laut bolak balik pasang surut. Saya pun muntah2 diatas, dan hidung tiba-tiba jadi keluar ingus. Dari atas terlihat bangkai mobil, bangkai hewan, pohon terbawa air. Sekitar tengah hari, orang-orang mulai berani turun. Mereka mencari sanak saudaranya. Bapak saya pun mengikuti orang lain saling berteriak menanyakan lihat anak saya ? Lihat istri saya?
Alhamdulillah, ada yg melihat ibu saya dan Tante saya. Hanya Tante saya ada diatap rumah yg lumayan jauh dari kami.
Ibu saya ternyata berlari sama dengan Tante. Hanya terpisah gelombang. Tante saya jauh terbawa arus. Masuk kedalam rumah orang. Jadi buat bisa ke atap harus manjat. Walaupun sempat jeblos 2kali, Alhamdulillah bisa selamat ditarik orang yg ada diatas atap.
Sedangkan ibu, sewaktu ngambang, lewat pintu didepannya. Ibu saya naik kepintu dan berdoa supaya pintu merapat kerumah didepannya. Saat sudah rapat, baru ibu manjat menuju atap, dengan kostum daster.
***
Setelah kira-kira aman, kami yg diatas rumah turun. Turunnya susah. Saat turun, air masih sedada saya. Kami berjalan keluar kampung. Disimpang jalan, terlihat ibu saya diatap rumah tetangga. Bapak saya pun datang menjemput membantu ibu saya turun. Kami lanjut jalan. Saat itu mayat dimana2. Saya haus. Saya lihat banyak makanan snack tercecer dijalan. Saya pungutin, masukin dalam baju. Saya lihat ada air mineral gelas disamping mayat anak kecil yg mulutnya berbuih. Saya ambil airnya dan langsung minum. Hilang sudah steril dan jijik, daripada saya mati karena haus. Kami lanjut jalan. Di jalan berjumpa dengan tetangga depan rumah. Ibu itu seperti orang linglung. Bolak balik cerita tadi dia peluk anaknya (masih 1tahunan) terus lepas didalam air. Anak nya yg besar juga lepas digendong sama suaminya. Tadi saya peluk anak, tapi lepas. Itu terus diulang sepanjang jalan.
***
Ternyata ga semua kena air. Saat itu saya ga tau namanya tsunami. Kami berjalan ke kota. Diliatin semua orang. Ya mungkin karena lebih kacau dari orang gila. Rambut gimbal. Muka saya tergores panjang. Baju penuh lumpur. Tapi salut ada yg bagiin air mineral ke kami.
Saya lelah. Kami duduk sebentar di trotoar. Lagi enak duduk tiba2 ada yg teriak air laut naik. Saya lari pontang panting dengan adek saya. Snack yg dipungut tadi jatuh semua ,😭😢 saya lari ke ruko , langsung tancap gas kelantai 3. Rukonya kosong ga ada orang. Sampai diatas, nunggu lama, saya turun lagi dengan adik sambil cari orangtua. Rupanya penipuan. Jahatnya orang, masih sanggup bercanda dengan bencana.
***
Kami memanggil mobil polisi yg lewat. Dicuekin 😅maklum lah ya sibuk. Saya coba lagi panggil2 mobil, Alhamdulillah ada yg berhenti. Kami minta tolong diantar ke kantor bapak saya , mau ngungsi kesana. Kami diantar ke tempat pengungsian. Rupanya Disana sudah banyak orang. Dan yg sudah kena air cuma kami. Kami yg ga bawa apapun. Yg lain bawa baju, bawa makanan. Kami ngungsi di mesjid. Gempa masih terus ada.
***
Malam mulai lapar. Iya dari tadi belum makan. Bapak saya turun kebawah cari makanan. Balik bawa galon mineral besar, dapat dari toko roboh. Kami disuruh minum aja. Tiap lapar, minum. Pak, lapar kata adik. Minum aja nak, dijawab gitu. Hasilnya jadi bolak balik BAK. BAK nya dilantai bawah, gelap dan gempa. Adik saya masih kelaparan. Bapak saya kebawah lagi dan balik bawa pisang yg masih hijau setan dan pula. Mengkal betul ga sanggup makan. Ada orang disebelah kami simpatik, kami diberi sate 1tusuk
😅 lumayan lah isi 1potong daging sate. 2 tusuk lagi dibagi untuk adik. Malam itu super dingin. Dengan baju seadanya yg berlumpur kami tidur.
Lumpur di baju dan rambut yg kering berceceran jatuh dilantai 🙈
***
Besok paginya, saya diajak kerumah anak buah bapak. Dekat mesjid. Rumahnya kecil. Anaknya banyak. Namun Masya Allah luar biasa baik. Saya ditawari mandi. Lalu diberikan baju. Meskipun ngatung tapi Alhamdulillah bisa ganti baju. Jangan kira mandi ala normal ya. Mandi cuma 5kali siram karena gempa masih terus ada dan lumayan besar. Pagi itu kami makan mie instan sebaskom ramai2.
***
Hari ke tiga, saya minta ke RS karena kepala sakit luar biasa. Saya jalan kaki dengan bapak. Di RS banyak mayat bergelimpangan dan ga ada satupun medis. Yang miris ada anak kecil seorang diri nangis, mukanya rusak sebelah sampai terlihat dagingnya. Saya langsung ajak bapak pulang. Masih ada yg lebih miris dari saya.
***
Ya, saya saksi hidup tsunami
Alhamdulillah, saya masih diberi kesempatan menghirup nafas sampai detik ini
Saya bukan orang yg bisa berenang, tapi dengan kuasa Allah saya bisa keluar dari gulungan air.
***
Pagi itu, saya yang masih usia mahasiswa semester 3 lagi nonton kartun Doraemon 😂😅
Sebenarnya saya ada kuliah Minggu pagi untuk menggantikan hari kuliah yg dosennya ga bisa masuk. Kuliahnya jam 9 pagi.
Lagi seru nonton sikucing ajaib, tiba-tiba rumah berguncang besar sekali. Semua orang dirumah berhamburan keluar.
***
Di luar sudah ramai orang berkumpul. Saking besarnya gempa, saya tidak bisa berdiri dengan tegap. Berdiri berayun-ayun sampai pusing rasanya. Akhirnya saya jongkok. Saya perhatikan orang-orang dengan muka panik menyebut asma Allah, bahkan ada yg azan.
Suara riuh rendah, ada juga yg teriak-teriak. Kalau saya?
Saya menangis sambil jongkok. Saya takut sekali.
***
Saya perhatikan tiang listrik jadi seperti daun pohon kelapa, melambai-lambai. Pintu gerbang rumah yg dari besi baja maju mundur di relnya.
Belum lagi kedua mobil digarasi saling maju mundur tabrak menabrak. Air didalam parit riuh rendah suara percikannya. Cukup lama sekitar hampir 20menit digoyang gempa yg sangat besar.
***
Setelah 20menit, gempa mulai mengecil. Tapi tetap masih berguncang. Orang-orang mulai masuk ke dalam rumah. Termasuk ibu, bapak, tante saya. Tidak lama, saya dipanggil masuk. Teman saya menelepon. Rumahnya jauh di daerah Sibreh, daerah dekat bandara dan jauh dari laut. Namun dia sudah berada dirumah teman kami di daerah taman siswa yg dekat dengan laut. Kami merencanakan telat ke kampus.
Sebelum menerima telepon, saat masuk kerumah, saya melihat pemandangan menakjubkan. Lemari yg isinya koleksi piring, gelas, mangkuk dan segala pecah belah terbuka pintunya. Isinya sudah pecah dilantai. Bergeser ke depan, akuarium bapak, ikannya sudah menggelepar dilantai susah bernafas. Geser lagi ke kamar saya, lihat lemari baju. Udah ketebak? Isinya pindah kelantai.
Sehabis nelepon, saya menuju belakang rumah. Mesin cuci bergeser sekitar 1m 😓 bajunya juga berhamburan. Padahal tadi sedang nyuci dan model mesinnya buka depan.
***
Karena banyak pecah belah yg bertebaran, air akuarium yg tumpah, saya pun keluar saja mantau situasi. Yg lain berbenah didalam.
***
Ga lama saya diluar. Dari arah kiri tiba-tiba berlarian orang banyak sambil teriak air laut naik. Saya yg kaget masih sempat mikir gimana bentuk air laut naik? Orang , motor tambah banyak yg melewati rumah. Saya pun teriak memanggil ibu dan bapak didalam. Mereka keluar, lalu saya teriak panik ajak kabur karena air laut naik. Bapak dengan sigap buka pintu gerbang lalu memundurkan mobil. Suasana hiruk pikuk dan sangat susah mundurin mobil dengan suasana ramai antara yg lari dengan yg bawa motor dan mobil. Saat itu saya lihat kaca depan mobil habis pecah, mungkin karena saling tabrak tadi.
***
Akhirnya mobil bisa ke posisi yg diharapkan. Kami semua masuk mobil. Saat saya mau menutup pintu mobil, tiba2 masuk satu orang laki-laki cuma pakai celana batik. Badannya basah, kayaknya lagi mandi keburu lari. Disebelah Tante saya juga masuk perempuan. Kami ga bisa nutup pintu. Mereka numpang lari dimobil kami. mobil pun melaju.
***
Tidak sampai 20meter, dari arah depan orang-orang berlarian ke arah mobil sambil teriak air dari depan. Keluar mobil kata salah satu tetangga kami. Kami berhamburan lari, kami terpisah. Saya lari sendirian, sandal terlepas. Saya lihat ada rumah kayu, saya panjat ventilasi, kaki saya tekuk dan mata saya tutup. Dalam bayangan saya airnya berwarna air laut, jernih dan ngalir datangnya.
***
Ga berselang lama, tiba2 tubuh saya disapu air. Perkiraan saya airnya tinggi, karena saya langsung tenggelam. Glek, glek.. saya juga tertelan airnya. Rasanya hangat, asin, dan licin. Saya tetap nutup mata. Lama kelamaan rumahnya mulai reyot dan akhirnya roboh menimpa saya. Saya berusaha menepis robohan kayu, tapi yg ada makin tertimpa. Kaki yg tadinya ga nyentuh tanah, jadi meringkuk di tanah, didalam air. Saat itu saya ingat orang tua saya. Saya merasa usia saya sudah selesai saat itu.Asyhaduallahilaahaillallah
Saya takut. Didalam air sendirian, ditabrak segala jenis benda dan kapan saja nyawa bisa tiba2 ditarik dan saya hilang di dunia.
***
Tiba-tiba saya merasa ada yg menarik. Saya berpikir mungkin saya ditarik arus air. Saya lepas dari himpitan, mengikuti arus air. Sesekali menubruk benda entah apa itu. Mata saya masih gelap, menutup. Setelah agak lama jalan-jalan dalam air, kelopak mata saya tiba2 terang. Saya berpikir, mungkin sudah dibawa air ke atas, ini cahaya matahari. Saya langsung kepak2 tangan ala bebek. Hup.. kepala keluar dari air. Saya ngambang. Saya lihat sekeliling ada yg juga baru nyembul. Didepan saya ada bangunan masih belum jadi. Masih batu bata tapi sudah berventilasi. Lagi2 saya coba meraih ventilasi. Saya pegangan sambil ambil nafas. Lemas.
Saya lihat ke sebelah kanan ada pohon kelapa. Ramai peminatnya, ada banyak orang peluk pohon itu. Pohonnya dekat dengan saya, bisa pegangan tangan saya dengan yg pada peluk pohon. Saya bilang: tolong dorong saya ke atas. Saya mau manjat dan duduk diatas bangunan. Lalu saya didorong ke atas dan Alhamdulillah selamat duduk diatas bangunan. Duduk ala koboi, ngangkang.
Saat saya lagi manjat, ada yg teriak. Kaka..
Ternyata bapak saya ada diatas dengan adek saya. Bapak saya nangis. Kata beliau dia lihat saya ditebas air. Bapak saya naik ke atas sambil gendong adik yg saat itu kelas 6SD, ditarik sama orang yg sudah dulu ada diatas.
Saya bersyukur jumpa bapak sama adik. Diatas bangunan cukup ramai. Ramai juga dengan tikus, cicak, ular, kecoa. Tapi kami saling diam. Paham semua ingin selamat.
***
Selama diatas, air laut bolak balik pasang surut. Saya pun muntah2 diatas, dan hidung tiba-tiba jadi keluar ingus. Dari atas terlihat bangkai mobil, bangkai hewan, pohon terbawa air. Sekitar tengah hari, orang-orang mulai berani turun. Mereka mencari sanak saudaranya. Bapak saya pun mengikuti orang lain saling berteriak menanyakan lihat anak saya ? Lihat istri saya?
Alhamdulillah, ada yg melihat ibu saya dan Tante saya. Hanya Tante saya ada diatap rumah yg lumayan jauh dari kami.
Ibu saya ternyata berlari sama dengan Tante. Hanya terpisah gelombang. Tante saya jauh terbawa arus. Masuk kedalam rumah orang. Jadi buat bisa ke atap harus manjat. Walaupun sempat jeblos 2kali, Alhamdulillah bisa selamat ditarik orang yg ada diatas atap.
Sedangkan ibu, sewaktu ngambang, lewat pintu didepannya. Ibu saya naik kepintu dan berdoa supaya pintu merapat kerumah didepannya. Saat sudah rapat, baru ibu manjat menuju atap, dengan kostum daster.
***
Setelah kira-kira aman, kami yg diatas rumah turun. Turunnya susah. Saat turun, air masih sedada saya. Kami berjalan keluar kampung. Disimpang jalan, terlihat ibu saya diatap rumah tetangga. Bapak saya pun datang menjemput membantu ibu saya turun. Kami lanjut jalan. Saat itu mayat dimana2. Saya haus. Saya lihat banyak makanan snack tercecer dijalan. Saya pungutin, masukin dalam baju. Saya lihat ada air mineral gelas disamping mayat anak kecil yg mulutnya berbuih. Saya ambil airnya dan langsung minum. Hilang sudah steril dan jijik, daripada saya mati karena haus. Kami lanjut jalan. Di jalan berjumpa dengan tetangga depan rumah. Ibu itu seperti orang linglung. Bolak balik cerita tadi dia peluk anaknya (masih 1tahunan) terus lepas didalam air. Anak nya yg besar juga lepas digendong sama suaminya. Tadi saya peluk anak, tapi lepas. Itu terus diulang sepanjang jalan.
***
Ternyata ga semua kena air. Saat itu saya ga tau namanya tsunami. Kami berjalan ke kota. Diliatin semua orang. Ya mungkin karena lebih kacau dari orang gila. Rambut gimbal. Muka saya tergores panjang. Baju penuh lumpur. Tapi salut ada yg bagiin air mineral ke kami.
Saya lelah. Kami duduk sebentar di trotoar. Lagi enak duduk tiba2 ada yg teriak air laut naik. Saya lari pontang panting dengan adek saya. Snack yg dipungut tadi jatuh semua ,😭😢 saya lari ke ruko , langsung tancap gas kelantai 3. Rukonya kosong ga ada orang. Sampai diatas, nunggu lama, saya turun lagi dengan adik sambil cari orangtua. Rupanya penipuan. Jahatnya orang, masih sanggup bercanda dengan bencana.
***
Kami memanggil mobil polisi yg lewat. Dicuekin 😅maklum lah ya sibuk. Saya coba lagi panggil2 mobil, Alhamdulillah ada yg berhenti. Kami minta tolong diantar ke kantor bapak saya , mau ngungsi kesana. Kami diantar ke tempat pengungsian. Rupanya Disana sudah banyak orang. Dan yg sudah kena air cuma kami. Kami yg ga bawa apapun. Yg lain bawa baju, bawa makanan. Kami ngungsi di mesjid. Gempa masih terus ada.
***
Malam mulai lapar. Iya dari tadi belum makan. Bapak saya turun kebawah cari makanan. Balik bawa galon mineral besar, dapat dari toko roboh. Kami disuruh minum aja. Tiap lapar, minum. Pak, lapar kata adik. Minum aja nak, dijawab gitu. Hasilnya jadi bolak balik BAK. BAK nya dilantai bawah, gelap dan gempa. Adik saya masih kelaparan. Bapak saya kebawah lagi dan balik bawa pisang yg masih hijau setan dan pula. Mengkal betul ga sanggup makan. Ada orang disebelah kami simpatik, kami diberi sate 1tusuk
😅 lumayan lah isi 1potong daging sate. 2 tusuk lagi dibagi untuk adik. Malam itu super dingin. Dengan baju seadanya yg berlumpur kami tidur.Lumpur di baju dan rambut yg kering berceceran jatuh dilantai 🙈
***
Besok paginya, saya diajak kerumah anak buah bapak. Dekat mesjid. Rumahnya kecil. Anaknya banyak. Namun Masya Allah luar biasa baik. Saya ditawari mandi. Lalu diberikan baju. Meskipun ngatung tapi Alhamdulillah bisa ganti baju. Jangan kira mandi ala normal ya. Mandi cuma 5kali siram karena gempa masih terus ada dan lumayan besar. Pagi itu kami makan mie instan sebaskom ramai2.
***
Hari ke tiga, saya minta ke RS karena kepala sakit luar biasa. Saya jalan kaki dengan bapak. Di RS banyak mayat bergelimpangan dan ga ada satupun medis. Yang miris ada anak kecil seorang diri nangis, mukanya rusak sebelah sampai terlihat dagingnya. Saya langsung ajak bapak pulang. Masih ada yg lebih miris dari saya.
Lalu bapak usaha cari sahabatnya. Alhamdulillah ketemu, kami dijemput kerumah beliau. Hari itu juga kami bertemu Tante yg serumah . Beliau mengungsi ke kantor adik bapak yang juga abangnya tante. Di rumah sahabat bapak ramai pengungsi. Mungkin puluhan. Jadi kami tidur diruang tengah. Kalau waktu makan rebutan sedikit seorang menu mie instan. Adik saya trauma. Tidur pakai sandal karena kakinya tertusuk paku waktu jalan ke kota pasca tsunami . Alhamdulillah bapak bawa dompet dan walaupun uangnya kena air, tapi masih laku untuk beli sandal. Hari ke tiga listrik sudah hidup. Nonton berita. Oh.. namanya tsunami, dalam hati saya. Disini juga kami berbagi cerita. Ada yg cerita tetap berpegangan saat tsunami, tapi saat mengambang rupanya hanya tinggal tangan. Orang yg dipegang terputus tangannya. Saat dengar itu, saya bersyukur cuma dapat luka baret ditangan,kaki, dan wajah. Tidak kehilangan anggota tubuh.
***
Hari ke empat mulai ada sinyal HP. Meskipun masih timbul tenggelam dan harus cari posisi yg pas untuk dapat sinyal, akhirnya Bapak berhasil menelepon kakek (bapaknya ibu saya) di Bandung. Mereka senang kami selamat. Bahkan om mendaftar jadi relawan karena kami tidak ada kabar. Mereka minta kami pulang.
Bapak lalu mencari adik laki-lakinya. Saudara yg dari Sabang juga datang. Bapak putuskan balik kerumah. Alhamdulillah rumah hanya roboh pagar dan dinding samping. Harta benda masih ada,bahkan uang dalam lemari. Di pengungsian kami cuci uangnya lalu jemur seperti jemur kain. Sebagian diletakkan dilantai. Saya sama adik jagain uangnya. Sudah kering, besoknya kami ke bandara setelah dihitung cukup untuk pesawat 4orang. Kenapa ga naik yg gratis aja, saya bertanya ke bapak. Kalau yg gratis jadwalnya 2minggu lagi, jawabnya.
***
Kami ke bandara pagi2. Sebelum itu kami bertemu dengan om (ipar bapak). Dari situ kami tau kalau Tante saya, istri Om tadi hilang , bersama anak perempuan dia yg juga adik sepupu saya.
Beliau cerita, pasca gempa istrinya minta dia cek kondisi kami. Jadi belum sampai kerumah kami, om sudah tidak bisa lewat. didaerah simpang 5 sudah mengalir air sisa tsunami. Om balik kerumahnya, ternyata disana sudah porak poranda. Ketika aman, beliau mencari keluarganya. Yang didapat cuma anak bungsunya yg masih hidup dan sepupu saya lainnya yg sedang nginap disana. Sekarang om sudah menyusul anak dan istrinya. Beliau sudah meninggal tahun ini.
***
Di bandara kami mengantri tiket, gantian ibu dan bapak. Kami baru dapat tiket jam 11malam 🤐
Selama itu kami duduk menunggu pakai kardus. Tidur juga diatas kardus. Saat itu banyak wartawan Metro TV, salah satunya yg saya ingat Fifi Aleyda Yahya (maaf kalau salah penulisan). Rambutnya dikucir kuda khas reporter bencana. Saat itu saya memakai kostum pemberian nenek2. Kaos putih , celana coklat berudu ngatung. Tapi, sepatunya Gosh karena bapak sempat ambil dari rumah 😌
Karena si adek lapar, kami beli nasi diwarung. Udah antri panjang, dapat jatah sebungkus. Nasinya langsung ditaruh dalam plastik. Ga ada lauk. Cuma siram kuah. Pas saya makan sesuap, adek semangat makan, akhirnya saya ngalah. Biarlah dia yg habiskan.
Saya juga jumpa teman. Dia rapi bersih dan agak ilfil lihat saya yg penuh luka dan ga nyambung pakai baju. Betul kata orang, saat kamu jatuh miskin, kamu baru tau siapa kawanmu.
***
Pesawat berangkat jam 3malam. Karena kami penampilan terburuk, pramugari agak gimana gitu sikap dan perlakuan ke kami sekeluarga. Padahal sudah benar nomor kursi tapi dibola bola sampai 3X disuruh nyari kursi lain. Warbiasyah.
Di pesawat saya duduk disebelah laki-laki berkostum seragam akademis. Saya ga tau sekolah apa tepatnya. Yang jelas saya ngantuk sekali. Berusaha tidak tidur . Namun sepanjang penerbangan saya melayang ke kanan dan ke kiri karena tertidur tanpa sadar. Dan saya tau itu mengganggu orang-orang disebelah saya, termasuk laki laki itu. Namun semua diluar kuasa saya. Rasanya 5hari kurang tidur saya dibayar tunai dipesawat. Mungkin karena lega sudah keluar dari Aceh.
Kami mampir transit di Medan dulu. Dijemput saudara. Dibelikan baju yg layak lalu malamnya kami terbang ke Jakarta. Dibandara sudah dijemput om dan Tante untuk lanjut ke Bandung. Mereka sampai bawa dalaman karena kira kami masih belum pakai baju yg layak 😁
***
Di Bandung, kami dapat kunjungan tiada henti. Tiap hari cerita tsunami. Sampai diliput TV ,😂 saya juga diperiksa gratis karena kepala sakit tiap bangun tidur atau lewat tempat berlubang. Setelah hidung dan telinga disedot dan dibuang cairannya, Alhamdulillah ga pernah sakit lagi. Hanya saja saya jadi sinusitis.
***
Di Bandung, saya lapor numpang kuliah di UNPAD. Saat itu seluruh universitas diperbolehkan menerima mahasiswa korban tsunami. Lumayan berapa bulan, tapi ingin pulang ke Aceh karena bapak sudah balik ke Aceh. Tante saya yg hilang diketemukan hari ke 17 dengan kondisi tidak dikenali, hanya tanda kalung yg dipakainya. Sedangkan sepupu saya sampai sekarang tidak ditemukan. Teman saya yg menelepon keduanya meninggal. Bahkan yg rumahnya ditaman siswa rata dengan tanah. Semoga mereka husnul khatimah. Mendapatkan pahala syahid yg besar. Aamiin...
Mobil kami juga akhirnya ditemukan setelah sebulan lebih, posisinya ada dibelakang kapal kayu.
***
Pasca tsunami banyak orang datang membantu Aceh. Banyak lapangan kerja di Aceh. Disitulah saya bertemu dengan suami saya 😂
Walaupun ujungnya ga nyambung. Tapi itu salah satu hikmah tsunami buat saya
Hikmah lainnya, kita sebagai manusia sebenarnya menjemput sendiri kematian. Teman saya yg harusnya tidak terkena tsunami,pada hari itu malah menjemput teman kami di salah satu lokasi yg parah diterjang tsunami.
Semoga tidak ada lagi tsunami. Tidak ada lagi di Indonesia, khususnya di Aceh. Karena disana ada orangtua dan keluarga yg saya sayangi. Saya jauh merantau di Kepulauan Riau, jantung ini dijamin ga kuat kalau ada sesuatu yg terjadi sama mereka 💔
Status ini untuk catatan historis hidup saya. Mungkin suatu saat saya lupa detail peristiwa ini karena usia atau penyakit, dan ketika FB mengingatkan historinya, saya bisa mengingat lagi dan bertambah syukur dan taat pada penggenggam kehidupan.
Rilis terakhir menyebutkan tsunami Aceh berawal dari gempa 8.9 (sumber lain 9.1) skala Richter sehingga mengakibatkan muncul gelombang laut setinggi 30meter. Menewaskan sekitar 170rb orang di Aceh .
Aceh kini sudah berbenah, berkat kuasa Allah menggerakkan bantuan dari seluruh dunia karena status bencana nasionalnya. Aceh berterima kasih kepada dunia dan masyarakat Indonesia termasuk para relawan yg gigih mengumpulkan para korban syahid dan menguburkan secara masaal. Membersihkan puing2 dan membuka posko bantuan. Buat kapal2 berbendera asing yg menjadi rumah sakit gratis bagi masyarakat Aceh yg saat itu ada yg tangannya puntung, kakinya rusak terjepit mobil dan banyak keluhan lainnya yang ga akan cukup dipublikasikan disini
Terimakasih dari Aceh. Semoga Palu dan Donggala bisa bangkit dan mendapat banyak bantuan.
Foto di atas lokasinya dikampung sebelah.
Sekitar 3-4km dari rumah.
*Post diatas sudah ada penambahan. Melengkapi kisah sebelumnya yang belum lengkap. 14tahun sudah, berusaha mengumpulkan kembali memori yg mulai pudar.
***
Hari ke empat mulai ada sinyal HP. Meskipun masih timbul tenggelam dan harus cari posisi yg pas untuk dapat sinyal, akhirnya Bapak berhasil menelepon kakek (bapaknya ibu saya) di Bandung. Mereka senang kami selamat. Bahkan om mendaftar jadi relawan karena kami tidak ada kabar. Mereka minta kami pulang.
Bapak lalu mencari adik laki-lakinya. Saudara yg dari Sabang juga datang. Bapak putuskan balik kerumah. Alhamdulillah rumah hanya roboh pagar dan dinding samping. Harta benda masih ada,bahkan uang dalam lemari. Di pengungsian kami cuci uangnya lalu jemur seperti jemur kain. Sebagian diletakkan dilantai. Saya sama adik jagain uangnya. Sudah kering, besoknya kami ke bandara setelah dihitung cukup untuk pesawat 4orang. Kenapa ga naik yg gratis aja, saya bertanya ke bapak. Kalau yg gratis jadwalnya 2minggu lagi, jawabnya.
***
Kami ke bandara pagi2. Sebelum itu kami bertemu dengan om (ipar bapak). Dari situ kami tau kalau Tante saya, istri Om tadi hilang , bersama anak perempuan dia yg juga adik sepupu saya.
Beliau cerita, pasca gempa istrinya minta dia cek kondisi kami. Jadi belum sampai kerumah kami, om sudah tidak bisa lewat. didaerah simpang 5 sudah mengalir air sisa tsunami. Om balik kerumahnya, ternyata disana sudah porak poranda. Ketika aman, beliau mencari keluarganya. Yang didapat cuma anak bungsunya yg masih hidup dan sepupu saya lainnya yg sedang nginap disana. Sekarang om sudah menyusul anak dan istrinya. Beliau sudah meninggal tahun ini.
***
Di bandara kami mengantri tiket, gantian ibu dan bapak. Kami baru dapat tiket jam 11malam 🤐
Selama itu kami duduk menunggu pakai kardus. Tidur juga diatas kardus. Saat itu banyak wartawan Metro TV, salah satunya yg saya ingat Fifi Aleyda Yahya (maaf kalau salah penulisan). Rambutnya dikucir kuda khas reporter bencana. Saat itu saya memakai kostum pemberian nenek2. Kaos putih , celana coklat berudu ngatung. Tapi, sepatunya Gosh karena bapak sempat ambil dari rumah 😌
Karena si adek lapar, kami beli nasi diwarung. Udah antri panjang, dapat jatah sebungkus. Nasinya langsung ditaruh dalam plastik. Ga ada lauk. Cuma siram kuah. Pas saya makan sesuap, adek semangat makan, akhirnya saya ngalah. Biarlah dia yg habiskan.
Saya juga jumpa teman. Dia rapi bersih dan agak ilfil lihat saya yg penuh luka dan ga nyambung pakai baju. Betul kata orang, saat kamu jatuh miskin, kamu baru tau siapa kawanmu.
***
Pesawat berangkat jam 3malam. Karena kami penampilan terburuk, pramugari agak gimana gitu sikap dan perlakuan ke kami sekeluarga. Padahal sudah benar nomor kursi tapi dibola bola sampai 3X disuruh nyari kursi lain. Warbiasyah.
Di pesawat saya duduk disebelah laki-laki berkostum seragam akademis. Saya ga tau sekolah apa tepatnya. Yang jelas saya ngantuk sekali. Berusaha tidak tidur . Namun sepanjang penerbangan saya melayang ke kanan dan ke kiri karena tertidur tanpa sadar. Dan saya tau itu mengganggu orang-orang disebelah saya, termasuk laki laki itu. Namun semua diluar kuasa saya. Rasanya 5hari kurang tidur saya dibayar tunai dipesawat. Mungkin karena lega sudah keluar dari Aceh.
Kami mampir transit di Medan dulu. Dijemput saudara. Dibelikan baju yg layak lalu malamnya kami terbang ke Jakarta. Dibandara sudah dijemput om dan Tante untuk lanjut ke Bandung. Mereka sampai bawa dalaman karena kira kami masih belum pakai baju yg layak 😁
***
Di Bandung, kami dapat kunjungan tiada henti. Tiap hari cerita tsunami. Sampai diliput TV ,😂 saya juga diperiksa gratis karena kepala sakit tiap bangun tidur atau lewat tempat berlubang. Setelah hidung dan telinga disedot dan dibuang cairannya, Alhamdulillah ga pernah sakit lagi. Hanya saja saya jadi sinusitis.
***
Di Bandung, saya lapor numpang kuliah di UNPAD. Saat itu seluruh universitas diperbolehkan menerima mahasiswa korban tsunami. Lumayan berapa bulan, tapi ingin pulang ke Aceh karena bapak sudah balik ke Aceh. Tante saya yg hilang diketemukan hari ke 17 dengan kondisi tidak dikenali, hanya tanda kalung yg dipakainya. Sedangkan sepupu saya sampai sekarang tidak ditemukan. Teman saya yg menelepon keduanya meninggal. Bahkan yg rumahnya ditaman siswa rata dengan tanah. Semoga mereka husnul khatimah. Mendapatkan pahala syahid yg besar. Aamiin...
Mobil kami juga akhirnya ditemukan setelah sebulan lebih, posisinya ada dibelakang kapal kayu.
***
Pasca tsunami banyak orang datang membantu Aceh. Banyak lapangan kerja di Aceh. Disitulah saya bertemu dengan suami saya 😂
Walaupun ujungnya ga nyambung. Tapi itu salah satu hikmah tsunami buat saya
Hikmah lainnya, kita sebagai manusia sebenarnya menjemput sendiri kematian. Teman saya yg harusnya tidak terkena tsunami,pada hari itu malah menjemput teman kami di salah satu lokasi yg parah diterjang tsunami.
Semoga tidak ada lagi tsunami. Tidak ada lagi di Indonesia, khususnya di Aceh. Karena disana ada orangtua dan keluarga yg saya sayangi. Saya jauh merantau di Kepulauan Riau, jantung ini dijamin ga kuat kalau ada sesuatu yg terjadi sama mereka 💔
Status ini untuk catatan historis hidup saya. Mungkin suatu saat saya lupa detail peristiwa ini karena usia atau penyakit, dan ketika FB mengingatkan historinya, saya bisa mengingat lagi dan bertambah syukur dan taat pada penggenggam kehidupan.
Rilis terakhir menyebutkan tsunami Aceh berawal dari gempa 8.9 (sumber lain 9.1) skala Richter sehingga mengakibatkan muncul gelombang laut setinggi 30meter. Menewaskan sekitar 170rb orang di Aceh .
Aceh kini sudah berbenah, berkat kuasa Allah menggerakkan bantuan dari seluruh dunia karena status bencana nasionalnya. Aceh berterima kasih kepada dunia dan masyarakat Indonesia termasuk para relawan yg gigih mengumpulkan para korban syahid dan menguburkan secara masaal. Membersihkan puing2 dan membuka posko bantuan. Buat kapal2 berbendera asing yg menjadi rumah sakit gratis bagi masyarakat Aceh yg saat itu ada yg tangannya puntung, kakinya rusak terjepit mobil dan banyak keluhan lainnya yang ga akan cukup dipublikasikan disini
Terimakasih dari Aceh. Semoga Palu dan Donggala bisa bangkit dan mendapat banyak bantuan.
Foto di atas lokasinya dikampung sebelah.
Sekitar 3-4km dari rumah.
*Post diatas sudah ada penambahan. Melengkapi kisah sebelumnya yang belum lengkap. 14tahun sudah, berusaha mengumpulkan kembali memori yg mulai pudar.
Dari akun facebook Miranda Octorida
0 Comments