Kesadaran Hidup: Mengatasi Hasad dan Bersyukur pada Takdir Allah

Semakin kita memahami perjalanan hidup, semakin jelas bahwa kebahagiaan dan keberhasilan kita sepenuhnya bergantung pada diri kita sendiri. Kesuksesan kita tidak terletak pada bagaimana orang lain menjalani hidup mereka. Kita tidak memiliki kendali atas keputusan dan tindakan orang lain. Terlalu sering, kita terjebak dalam perbandingan dengan orang lain.

Kadang-kadang, kita lupa untuk merenungkan segala kebaikan dan nikmat yang telah diberikan Allah kepada kita. Kita terlalu sibuk melihat ke luar, tanpa memperhatikan apa yang ada di dalam diri kita. Hasad (rasa iri dan dengki) hanya akan membebani hati kita dan membuat kita tidak bahagia.

Haruskah kita merasa tidak adil ketika melihat orang lain mendapatkan kebahagiaan dan kesuksesan? Apakah itu bukan bagian dari takdir Allah? Mengapa kita harus merasa marah atau tidak menerima kebaikan yang diberikan kepada orang lain?

Sebagai solusi, jika Anda merasa tidak nyaman atau memiliki perasaan hasad terhadap orang lain, Anda bisa memilih untuk melewatinya. Jika Anda tidak suka, Anda tidak perlu mengikuti atau memperhatikannya. Lebih baik menjaga hati kita agar tidak terlalu cepat berprasangka buruk terhadap orang lain.

Apakah Allah tidak adil karena Abu Hurairah miskin sementara Abu Bakar kaya? Apakah Allah tidak adil karena Khadijah memiliki banyak keturunan sementara Aisyah tidak? Apakah Allah tidak adil karena Mushab bin Umair tampan sedangkan Bilal berkulit gelap?

Mari kita merenung tentang tujuan kita diciptakan. Kita tidak diciptakan untuk bersaing dengan dunia atau untuk memiliki segalanya dari dunia ini. Para Nabi, Rasul, sahabat, ummahatul mukminin, shahabiyah, dan Salafush Shalih tidak pernah merasa iri terhadap takdir dunia mereka. Mereka lebih sibuk dengan perjalanan spiritual dan menjadi hamba yang taat kepada Allah.

Kita harus mengingat bahwa setiap orang memiliki bagian mereka masing-masing dalam takdir ini, baik itu ujian atau nikmat. Yang terpenting adalah kita menjalani hidup kita dengan penuh kesyukuran kepada Allah dan fokus pada bagian kita dalam perjalanan ini.

Wallahua'lam bish showwab

Ditulis ulang tanpa merubah makna dari akun fb Ummu Irhabiy Ari

Image by Mary Campos from Pixabay